Gadis 11 Tahun Menciptakan 3D Printed Device Sebagai Pendeteksi Kebersihan Air

Gitanjali Rao adalah seorang gadis berumur 11 tahun yang berasal dari Colorado, Amerika. Gadis yang masih bersekolah tingkat SMP ini telah dijuluki sebagai ilmuwan muda berbakat setelah memenangkan perlombaan di Young Scientist Challenge. Rao dinobatkan sebagai ilmuwan muda top Amerika karena ia telah menciptakan 3D printed device yang dapat mendeteksi kandungan timah dalam air minum. Hingga saat ini Tethys menjadi cara yang paling akurat untuk mendeteksi air yang terkontaminasi timah. Oleh karena itu gadis yang baru menginjak kelas 7 yakin bahwa alat penemuannya akan selalu berguna. Rao menekankan bahwa penemuannya itu diciptakan oleh sistem yang mudah diakses dan biayanya murah. Ia menawarkan sebuah solusi yang akurat dan murah dengan alat penemuannya. Karena keberhasilannya menciptakan sesuatu yang hebat dari 3D print tersebut Rao diberikan hadiah sebesar $25.000 bersamaan dengan gelarnya sebagai ilmuwan muda berbakat.

Rao tersinspirasi untuk membuat penemuan yang inovatif tersebut setelah mempelajari tentang masalah krisis air di Flint. Krisis air bersih yang terjadi di kota tersebut menyebabkan penduduk setempat hidup tanpa air yang aman diminum selama tiga tahun. Hal itu disebabkan karena kurangnya pelestarian air bersih disana. Sehingga banyak penduduk yang terkena dampak berbahaya dari masalah tersebut. Masalah inilah yang membuat Rao bersemangat untuk menciptakan Tethys. 3D printed device ini dinamakan Tethys yang terinspirasi dari mitologi Yunani dan berkisah tentang bangsa air Titaness.

Seperti yang Rao sebutkan bahwa terdapat metode di dalam Tethys untuk menguji air rumah yang mengandung timah. Dengan kata lain Tethys menjalani sebuah sistem uji. Pada sistem uji yang Rao lakukan membuktikan bahwa alat ini dapat mendeteksi berbagai jenis air yang terkontaminasi. Tethys dapat mengetahui air yang mengandung timah dari prosesor di dalamnya. Jadi bisa dibilang bahwa Tethys merupakan casing cetak 3D yang disematkan dengan prosesor (yang dapat mengirim informasi melalui Bluetooth ke aplikasi smartphone). Prosesor mencakup sebuah lampiran mengenai pengukuran dan dikirim melalui Bluetooth. Aplikasi smartphone yang disesuaikan perkembangannya akan menampilkan data ini dan menunjukkan hasilnya.

Ilmuwan muda tersebut menjelaskan lebih dalam bahwa prosesor pada Tethys berfungsi sebagai pengukur kontaminasi air secara khusus seperti lead-reacting atoms dan carbon nanotubes. Carbon nanotubes adalah struktur berskala mikro yang diketahui dapat mendeteksi kontaminasi air lebih cepat daripada teknik yang sudah ada sebelumnya. Rao mengemukakan jalan kerja Tethys sebagai berikut: ketika Tethys ditempatkan ke dalam air, atom khusus akan mendeteksi air yang terkontaminasi dengan cara membuat semacam perlawanan di dalam aliran nanotubes. Jadi dari sana bisa dilihat bahwa jumlah perlawanan sama banyaknya dengan jumlah kandungan timah yang ada di dalam air. Rao ingin melakukan sesuatu untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Jadi dengan menciptakan alat pengukur kebersihan air minum, Rao membantu dan menjaga semua orang tetap sehat.

Negara Indonesia berkemungkinan besar memiliki anak-anak yang mampu menciptakan inovasi-inovasi seperti yang Rao ciptakan. Indonesia sudah memiliki lembaga pendidikan bagi anak-anak yang ingin mempelajari 3D Printing. Lembaga pendidikan tersebut berada di Jakarta dan bernama Inspira Academy. Jika kalian tertarik, info lebih lanjut klik disini.

 

Sumber:

Tess. (29 November 2017). 11-year-old Gitanjali Rao wins $25K for inventing 3D printed device that detects lead levels in water. Diakses di http://www.3ders.org/articles/20171129-11-year-old-gitanjali-rao-wins-25k-for-inventing-3d-printed-device-that-detects-lead-levels-in-water.html

You may also like...